Salah satu komoditas unggul yang dimiliki Desa Paseh adalah
Salak Pondoh, hampir semua warga atau sekitar 70% warga menggantungkan hidupnya
dari Snake Fruit ini. Buah yang terasa manis asam ini sangat melimpah di Desa
Paseh terutama ketika panen raya sehingga harganyapun jatuh. Memang para petani
belum punya proteksi dan standarisasi harga jual yang di tentukan. Moment ini
sering dimanfaatkan para pedagang besar nakal yang ingin mengeruk lebih banyak
keuntungan. Mereka akan membeli dengan harga serendah-rendahnya padahal harga
jual eceran mereka tetap. Menyikapi hal ini mendorong kita harus lebih kreatif
lagi mengatasi turunya harga yang sangat merugikan petani.
Akhir-akhir ini telah banyak
inovasi baru guna menaikan nilai ekonomis buah salak ini. Dari tangan-tangan
kreatif, buah ini bisa disulap menjadi berbagai olahan menarik yang dapat
meningkatkan nilai ekonomis Salak ketimbang hanya dijual segar. Berbagai olahan
lain dari tangan-tangan kreatif diantaranya Keripik Salak, Dodol Salak, Jenang
Salak, Kurma Salak, Brownies Salak, Sirup, Cake Salak dan akhir-akhir ini telah
diproduksi Wine Salak. Ya.. Wine Salak, mungkin tak terfikirkan dari kita bahwa
Wine bisa dibuat dari buah Salak. Kebanyakan dari kita menganggap bahan dasar
Wine hanya dari buah Anggur, padahal banyak varian bahan seperti Nanas, Jambu Mete, Pisang Uter, Ketela, serta
kulit Pisang Ambon dan Salak.
Seorang peneliti dari Universitas Kristen Duta Wacana
(UKDW), Tri Yahya, buah-buah lokal tersebut bisa diolah menjadi minuman
fermentasi Wine lokal. Ia menunjukkan minuman fermentasi yang dibuatnya bersama
mahasiswanya.
Untuk membuat sepuluh liter
minuman fermentasi ini hanya dibutuhkan 1 kilo gram buah salak dengan kandungan
alkohol 10 – 14 %. Wine salak ini dibuat dari buah salak, gula pasir, ragi
roti, dan asam nitrat.
Jika digunakan dengan bijak fermentasi ini mempunyai banyak
manfaat seperti membunuh bakteri penyebab diare serta membantu pencernaan
tubuh. Dan bahkan sejak dahulu orang-orang Eropa telah memanfaatkan Wine
sebagai minuman penghangat tubuh saat musim dingin tiba.
Kalo kita hitung dari nilai ekonomis, olahan ini sangat
menguntungkan. Dari 1 kilo bisa mengahsilka 10 liter dengan harga jual per
botol sekitar 700cc di Jogja dibandrol Rp. 20.000 dan di Bali Rp. 65.000 sedangkan harga buah
Salak segar berkisar antara Rp.2.500 – 7.000.
Gambaran harga tersebut, mempunyai selisih yang lumayan
besar. Jika kita mampu memproduksi dengan inovasi-inovasi baru yang lebih baik dan sesuai dengan nilai-nilai luhur komunitas Desa dan terpenting adalah mampu memasarkanya dengan baik sehingga diharapkan akan mampu
menaikan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat desa Paseh. tak hanya Wine tapi produk apapun itu.
Untuk Wine hambatan yang mungkin muncul adalah sulitnya memperoleh ijin dan juga terkait dengan agama dan kepercayaan masyarakat karena minuman ini mengandung alkohol.
Kita butuh orang-orang kreatif untuk mengangkat
kesejahteraan masyarakat, terutama menaikan nilai jual dari sumber daya lokal yang
kita miliki agar kita mampu bersaing dan tidak ada lagi pedagang yang
memanfaatkan para petani untuk mengeruk keuntungan dengan seenaknya menurunkan
harga.
Dari gambaran di atas mudah-mudahan akan menginspirasi kita
semua untuk selalu berinovasi “think outside the box” berfikir diluar kebiasaan.
2 komentar:
tentu saja ini kesempatan yang tidak bisa kita pertimbangkan,sudah sangat jelas....
mantappp pak...
Posting Komentar