Penghasilan utama dari pertanian,
terutama selada (lettuce) yang terkenal sangat enak di antara Selada
lain yang ada di Jepang. Bahkan beberapa negara sudah mulai pesan dari
sana seperti Hongkong dan Taiwan.
Bukan hanya enak sekali, harganya
ternyata relatif murah. Paling mahal lettuce dari Fukuoka. Dibandingkan
lettuce dari Tokyo, Nagoya, Osaka, selada dari desa ini masih lebih
murah.
Penghasilan kedua desa ini adalah dari
TV kabel yang memang diperuntukkan bagi desa itu saja. Isinya umumnya
mengenai informasi pertanian sehingga mendukung sekali kerja pertanian
di sana. Misalnya harga-harga selada di berbagai tempat di Jepang per
hari menjadi berapa yen dan sebagainya. Sehingga para petani tersebut
dapat bersaing dengan baik, dengan kualitas terbaiknya.
Desa ini menyandarkan kehidupan warganya
dari pertanian selada, oleh karennya pada musim dingin mereka tidak tak
bisa berproduksi. Saat musim panas mereka gencar memanfaatkan tanah
pertaniannya agar produksinya berlimpah, sehingga saat jatuh musim
dingin dan salju tiba, banyak dari penduduk bersantai, sampai musim
berganti dan dapat bekerja lagi dengan giat di persawahan dan
perkebunannya.
Fasilitas yang dimiliki desa adalah
perpustakaan buka 24 jam, rumah sakit buka 24 jam, perawatan atau
kunjungan dokter ke rumah bagi yang lanjut usia. Lebih menarik lagi,
karakter masyarakat desa ini sangat terbuka, menerima baik orang asing
yang masuk ke desa itu.
Pemandangan desa sangat cantik, bisa
mendaki gunung, main golf, barbeque di alam terbuka, berkemah, mancing
dan sebagainya. Meskipun demikian mereka tak menyandarkan penghasilan
dari pariwisata. Hampir 100 persen dari hasil pertanian terutama selada
tersebut.
Bisakah desa di Indonesia seperti ini…?
Adalah tantangan bagi bersama. Cukup satu jenis produk pertanian, tetapi
yang sangat tinggi kualitas, terjual baik, dan mungkin berpenghasilan
seperti desa di jepang ini. (tribun)
0 komentar:
Posting Komentar