Kamis, 17 Juli 2014

DESA BEBAS ASAP ROKOK PERTAMA DI DUNIA

Sebanyak Sembilan orang dari Junior Expert (Tenaga Ahli Muda) Japan International Cooperation Agency (JICA) melakukan studi banding di Kabupaten Enrekang, dari tanggal 10-13 April 2013. Obyek yang dijadikan studi banding adalah Desa Bone-Bone kecamatan Baraka. Mereka diterima langsung wakil Bupati Enrekang, di ruang rapat Bupati Enrekang, Rabu, 10 April 2013.
Dipilihnya desa Bone-Bone sebagai tempat studi banding, karena dikenal sebagai desa bebas asap rokok pertama di dunia. Selanjutnya, mereka akan melihat dan belajar dari pengalaman dan success story dari masyarakat desa Bone-Bone, yang mampu menjadikan desa mereka menjadi desa yang bebas dari asap rokok.

Wakil Bupati Enrekang, Haji Nurhasan saat menerima kunjungan tersebut mengungkapkan rasa syukur. “Kami sangat senang dengan kunjungan ini. Desa Bone-Bone memang memiliki potensi yang sudah mendunia,” kata Nurhasan.

Menurut Nurhasan, secara logika tidak akan pernah ada desa yang masyarakatnya dengan penuh kesadaran, mereka memiliki kesepakatan untuk bebas dari asap rokok. “Bukan hanya rokok, mereka juga memiliki kesepakatan larangan terhadap makanan yang mengandung zat pewarna dan larangan mengkomsumsi ayam ras,” jelasnya.

Bukan hanya itu, masyarakat di Desa Bone-Bone jika akan melangsungkan pernikahan maka syaratnya, kedua calon pengantin, baik itu calon laki-laki maupun perempuan, wajib menanam pohon minimal sepuluh pohon. “Ini dimaksudkan sebagai bentuk kesadaran mereka terhadap lingkungan, juga sebagai persiapan mereka jika sudah berkeluarga nanti, maka batang pohon tersebut bisa dijadikan sebagai bangunan rumah,” lanjut Nurhasan.

Selain itu, ada kesepakatan unik yang dilakukan masyarakat di Desa Bone-Bone. Setiap rumah, wajib mengumpulkan dana sebesar tiga ribu rupiah perbulan. Tujuannya, digunakan sebagai pembeli bahan makanan bubur kacang ijo yang diberikan kepada murid-murid sekolah dasar di desa itu.

Adapun sanksi dari aturan-aturan di atas , maka yang melanggarnya akan diberikan sanksi kerja sosial, antara lain membersihkan rumah ibadah (masjid), sekolah, membersihkan lingkungan desa seperti irigasi, lapangan dan lainnya.

Kegiatan studi banding tersebut, juga dirangkaikan dengan kegiatan kampanye “Ayo Hidup Sehat Bersama Masyarakat Desa Bone-Bone. Selama kegiatan berlangsung, akan dilakukan penyuluhan terpadu (kesehatan, pertanian dan lingkungan). Kegiatan ini bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang, Dinas Pertanian dan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang.

Untuk bidang kesehatan, memberikan penyuluhan tentang hipertensi, PHBS, makanan sehat dan bergizi, bahaya merokok bagi anak-anak, KB, kehamilan resiko tinggi, kesehatan usila dan kelas ibu hamil. Untuk penyuluh pertanian meliputi demonstrasi pembuatan pupuk organik, pencegahan hama babi hutan dan budidaya sayuran dataran tinggi.

Sementara, untuk penyuluhan lingkungan meliputi pembuatan kompos Takakura, pemilahan sampah dan berbagai game lingkungan untuk anak-anak. Pada segmen terakhir, dilakukan pengenalan tentang budaya Jepang seperti tarian dan lagu.

Kegiatan penyuluhan terpadu ini dilaksanakan sebagai bentuk dukungan JICA terhadap masyarakat Desa Bone-Bone dalam melaksanakan misinya, untuk menjadikan desa mereka sebagai desa yang bersih dan sehat.

JICA merupakan lembaga resmi pemerintah Jepang dengan fungsi utama untuk mengimplementasikan kerjasama teknis, keuangan dan hibah kepada Negara-negara berkembang, berdasarkan persetujuan antar pemerintah. JICA saat ini bertugas di berbagai instansi pemerintah di tujuh kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, termasuk Kabupaten Enrekang.

Sementara, Junior Exper merupakan salah satu program kerjasama teknis JICA, dimana JICA menugaskan orang muda Jepang yang memiliki keahlian pada bidang teknis tertentu, seperti pertanian, kesehatan, pendidikan, lingkungan dan lainnya, sebagai tenaga sukarelalawan di instansi penerima selama dua tahun, berdasarkan permintaan dari instansi tersebut melalui pemerintah Negara penerima, dengan tujuan untuk membantu program pembangunan sosial dan ekonomi di Negara penerima, sekaligus untuk membangun saling pengertian mengenai budaya dan tradisi, guna mempererat tali persahabatanantar mereka dengan masyarakat setempat.

Salut terhadap desa-desa yang berani membuat kebijakan seperti demikian, bisa saja desa kita membuat larangan merokok di desa. pertanyaanya apakah masyarakat kita bisa menerima aturan tersebut.

sumber : enrekangkab.go.id

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Ochan | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls