Marhaban Ya Ramadhan......
"Mari Jadikan Ramadhan Sebagai Sarana Introspeksi Diri."
HAKIKAT PUASA
HAKIKAT PUASA
RAMADHAN secara etimologi berasal dari kata ramidha, yar-madhu, ramadhan
yang artinya terik, sangat panas atau terbakar (pembakaran). Adapun
menurut terminologi ramadhan dapat diartikan sebagai pembakaran,
peleburan atau penghapusan atas segala macam dosa. Berdasarkan dari
pengertian tersebut terkadang terjadi penyimpangan makna ramadhan pada
sebagian umat muslim. Dimana ada sebagian umat muslim yang menyambut
kedatangan bulan ini dengan cara menyulut petasan. Sehingga dengan
tindakannya tersebut ironis bagi mereka dapat meraih harapan atau hikmah
yang terdapat dalam bulan tersebut.
Pada dasarnya bulan ramadhan merupakan
bulan yang penuh berkah dan maghfirah (ampunan) sehingga dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh bukhari menyatakan bahwa pada bulan ini
Allah SWT akan membuka setiap pintu surga dan akan mem-belenggu
syaithan. Maka dengan terbukanya pintu surga dan dibelenggunya syaithon
dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan
umat muslim. Selain itu ramadhan pun merupakan satu bulan yang Allah SWT
telah mewajibkan puasa terhadap orang yang beriman. QS. Al-Baqarah 183
Hakekat shaum (puasa)
Shaum menurut bahasa yaitu alimsak (menahan
diri), adapun pengertian menurut syari' yaitu menahan diri dengan niat
dari seluruh yang membatalkan puasa seperti makan, minum dan bersetubuh
mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenam matahari. (Anas ismail
Abu Dzaud, 1996: 412) Namun, secara implisit dalam puasa terdapat dua
nilai yang menjadi parameter antara sah atau rusaknya puasa seseorang.
Pertama, Nilai Formal yaitu yang berlaku
dalam perspektif ini puasa hanya tinjau dari segi menahan lapar, haus
dan birahi. Maka menurut nilai ini, seseorang telah dikatakan berpuasa
apabila dia tidak makan, minum dan melakukan hubungan seksual mulai dari
terbit fajar sampai terbenam matahari. Padahal Rasulullah SAW telah
memberikan warning terhadap umat muslim melalui sebuah haditnya yang
berbunyi :
"Banyak orang yang puasa mereka tidak mendapatkan apa-apa melainkan hanya rasa lapar dan haus saja". H.R. bukhari.
Dari hadits tersebut kita dapat mengetahui
bahwa hakekat atau esensi puasa tidak hanya menahan rasa lapar, haus dan
gairah birahi saja, melainkan dalam puasa terkandung berbagai aturan,
makna dan faedah yang mesti diikuti.
Kedua, Nilai Fungsional yaitu yang menjadi
parameter sah atau rusaknya puasa seseorang ditinjau dari segi
fungsinya. Adapun fungsinya yaitu untuk menjadikan manusia bertakwa
(laa'lakum tattaqun). QS. Al-Baqarah 183
Kemudian menurut nilai ini, puasa seseorang
sah dan tidak rusak apabila orang tesebut dapat mencapai kualitas
ketakwaan terhadap Allah SWT.
Maka dari itu, hakekat puasa dalam pandangan Rasyid Ridha adalah sebagaimana berikut ini:
1. Tarbiyat aliradat (pendidikan keinginan)
Keinginan atau kemauan merupakan fitrah
manusia. Tapi acapkali kemauan atau keinginan yang dimiliki manusia
tidak selamanya baik dan tidak pula selamanya buruk. Karena itu puasa
dapat mendidik atau membimbing kemauan manusia baik yang positif maupun
yang negatif. Dengan puasa, kemauan positif akan terus termotifasi untuk
labih berkembang dan meningkat. Adapun kemauan negatif, puasa akan
membimbing dan mengarahkan agar kemauan tersebut tidak terlaksana.
Adapun yang menyebabkan kamauan seseoarang
ada yang positif dan yang negatif, sesuai yang diungkapkan oleh Imam
Al-Gazali bahwa di dalam diri manusia terdapat sifat-sifat sebagaimana
berikut ini:
a. Sifat Rububiyah, yaitu sifat yang mendorong untuk selalu berbuat baik.
b. Sifat Syaithoniyah, inilah sifat yang mendorong seseorang untuk berbuat kesalahan dan kejahatan.
c. Sifat Bahimiyah (kehewanan), sesuai dengan istilah yang diberikan pada manusia sebagai mahluk biologis.
d. Sifat Subuiyah, yaitu sifat kejam dan kezaliman yang terdapat dalam diri manusia.
2. Thariqat almalaikat
Malaikat merupakan makhluk suci, yang
selalu taat dan patuh terhadap segala perintah Allah. Begitupun orang
yang puasa ketaatannya merupakan suatu bukti bahwa jiwanya tidak
dikuasai oleh hawa nafsunya. Juga, orang puasa akan mengalami iklim
kesucian laksana seorang bayi yang baru lahir, jiwanya terbebas dari
setiap dosa dan kesalahan.
Inilah janji Allah yang akan diberikan untuk orang yang berpuasa dan melaksanakan setiap amalan ibadah pada bulan ramadhan.
3. Tarbiyat alilahiyyat (pendidikan ketuhanan)
Puasa merupakan sistem pendidikan Allah SWT
dalam rangka mendidik atau membimbing manusia. Sistem pendidikan ini
mengandung dua fungsi yaitu:
a. Sebagai sistem yang pasti untuk mendidik manusia supaya menjadi hamba tuhan yang taat dan patuh.
b. Sebagai suatu sistem yang dapat mendidik
sifat rubbubiyyah (ketuhanan) manusia untuk dapat berbuat adil, sabar,
pemaaf dan perbuatan baik lainnya.
4. Tazkiyat annafsi (penyucian jiwa)
Hakekat puasa yang keempat ini diungkapkan
oleh Ibnu Qayim al Jauzi. Puasa dapat menjadi sarana untuk membersihkan
berbagai sifat buruk yang terdapat dalam jiwa manusia. Adakalanya jiwa
manusia akan kotor bahkan sampai berkarat terbungkus oleh noda dan sikap
keburukan yang terdapat didalamnya. Maka wajar kalau puasa dapat
menjadi penyuci jiwa.
Dengan demikian kesempatan hidup pada
bulan ramadhan yang akan segera hadir, semoga dapat dijadikan momen
untuk menigkatkan kualitas iman dan takwa serta untuk dapat menggapai
maghfirah Allah SWT. Amiin
0 komentar:
Posting Komentar